semua terasa memenuhi otakku, bahkan akupun tak bisa mengurai satu persatu.
semua kenangan itu..
ya semua kenangan itu terus meracuni pikiranku, menyebar menghujam jantung.
Hati? jangan kau tanyakan hatiku, pastilah dia yang paling remuk.
Harapan?
ya harapan itu selalu ada dan selalu aku panjatkan dalam setiap doaku.
Juli 2014..
semua terjadi begitu cepat, cintaku, cintamu, cinta kita harus terenggut oleh kepecundangannya diriku.
aku memang salah, terlalu jadi pengecut untuk memperjuangkan cinta kita.
memang sakit untuk mengingat semua itu.
tapi aku harus kembali mengingatnya, karena semua ini begitu terasa menyesakkan dada.
hatiku perih dan tak sekalipun terkikis, terus menjalar membebani setiap nafasku.
semuanya berakhir, cinta kita yang kita rajut, harus ku hancurkan hanya karena sebuah kata yang mereka sebut "kebahagiaan".
Hai sayang, apakah kau menganggapku bahagia dengan semua ini?
pikiranmu salah sayang,
aku sakit, lemah dan sekarang sedikit menggila.
aku bukan wanitamu dulu yang selalu kau bilang tegar, ceria..
bukaan!
semuanya berubah, aku tak seperti dulu.
tegarku, ceriaku adalah cerminanmu.
bagaimana aku bisa tegar dan ceria ketika cerminku pecah dan hancur.
aku semakin menderita, aku tau kau mulai bangkit, tapi aku semakin terpuruk.
tak ada lagi tangan kokoh yang dengan lembut menggenggamku, tak ada lagi kaki kuat yang dapat menopangku dan tak ada lagi tubuh yang biasa mendekapku.
jiwa itu..
ya jiwa itu yang selalu kunanti untuk merengkuhku.
November 2014...
tepat bulan itu, harusnya kita berbahagia dengan perayaan 2 tahun kebersamaan cinta kita.
tapi aku menghancurkan semua.
rasa bersalahku sampai sekarang masih menusuk hati, sayaang..
mungkin tak akan ada gunanya lagi aku menyesali semua.
yaa.. semua telah terjadi, kau telah menjauh, dan sekarang aku terpuruk dalam kenistaan yang tak sengaja aku bangun.
harusnya kita mulai merancang segala persiapan pernikahan kita, tapi...
lagi-lagi apa yang telah aku lakukan?
maukah kau memaafkanku sayang, memaafkan semua kebodohanku..
maaf untuk tidak memperjuangkanmu, aku terlalu pengecut untuk semua itu.
dan sekarang aku menyesalinya.
aku mencintaimu, sangat mencintaimu.
kau harusnya mempercayai itu, walaupun aku tak dapat membuktikannya.
cinta ini masih kudekap erat, walupun aku tak pernah memupuknya tapi entah kenapa selalu berkembang. dekapanku terlalu kecil, ini yang membuatku semakin sesak.
harusnya aku bisa melepaskannya, karena aku tahu ini akan berakhir sia-sia dan semakin menyakitkan.
tapi entahlah, harapan itu selalu menguatkanku.
harapan yang selalu aku panjatkan disetiap doa-doa malamku, harapan yang selalu mengalir seiring air mataku.
air mata..
kau selalu berkata "janganlah menangis sayang, air matamu terlalu mahal".
tapi semahal apapun air mataku, tak akan berarti lagi untuk sekarang.
sayaang..
aku merindukanmu....
Tidak ada komentar:
Posting Komentar